22 Januari 2009

Segala Sesuatunya Tidak Seperti Kelihatannya

Kisah tentang dua malaikat yang sedang dalam perjalanan. Malam itu mereka berhenti untuk menghabiskan malam di sebuah rumah milik keluarga yang kaya raya. Keluarga itu sangat kejam dan menolak dua malaikat itu menempati ruang tidur tamu. Sebaliknya, dua malaikat itu hanya diberikan sebuah tempat yang kecil di ruang bawah tanah yang dingin. ketika malaikat itu menyiapkan tempat tidur mereka dilantai, salah satu dari mereka melihat ada lubang di dinding rumah itu dan segeralah ia memperbaikinya. Malaikat yang lebih muda bertanya, kenapa? dan malaikat yang lebih tua menjawab,”Segala sesuatunya tidak seperti yang kelihatannya.”

Pada keesokan malamnya, mereka menginap di rumah sebuah keluarga yang sangat miskin, tapi mereka adalah sepasang suami istri petani yang ramah. Setelah makan malam bersama, sepasang suami istri itu mempersilahkan malaikat untuk beristirahat ditempat tidur mereka supaya dua malaikat itu bisa tidur dengan nyenyak. Ketika matahari sudah terbit di pagi itu, dua malaikat itu melihat sepasang suami istri tersebut sedang menangis. Sapi satu-satunya yang menjadi sumber pendapatan mereka dari penjualan susunya, tergeletak dan mati.

Sang malaikat yang lebih muda bertanya,”kenapa engkau sungguh tega membiarkan hal ini terjadi?” Keluarga yang kemarin memiliki segalanya dan engkau malah membantunya. Keluarga kedua, tidak punya apa-apa tapi mau berbagi dengan kita dan engkau membiarkan sapi mereka mati.”

“Segala sesuatunya tidak seperti kelihatannya”, Jawab malaikat yang lebih tua. “Ketika kita menginap diruang bawah tanah, aku tahu bahwa ada emas didalam lubang dinding rumah itu. Karena sang pemilik rumah itu tidak mau berbagi, maka aku menambal lubang didinding itu agar sang pemilik rumah tidak menemukan emas itu. Dan tadi malam ketika kita tidur ditempat tidur sepasang suami istri petani ini, malaikat kematian datang untuk menjemput sang istri. Aku menukarnya dengan sapinya.

“Segala sesuatunya tidak seperti kelihatannya.”

[+/-] Selengkapnya...

19 Januari 2009

Pasir dan Batu

Alkisah tentang dua orang yang bersahabat sedang berjalan melewati gurun pasir. Diperjalanan mereka terlibat argumentasi satu sama lain dan salah seorang dari mereka menampar wajah sahabatnya. Sang sahabat yang ditampar wajahnya pun kesakitan, tapi tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia lalu menulis diatas pasir yang berbunyi,”HARI INI SAHABATKU MENAMPAR WAJAHKU.”

Mereka tetap berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah danau dan memutuskan untuk mandi disana. Tiba-tiba, sahabat yang ditampar tadi terjebak di pasir hidup dan mulai tenggelam, tetapi dia diselamatkan oleh sahabatnya yang tadi menamparnya. Setelah diselamatkan sahabatnya, dia lalu menulis sesuatu diatas batu, yang berbunyi,”HARI INI SAHABATKU MENYELAMATKAN HIDUPKU.”

Lalu sahabatnya bertanya,”Setelah aku menyakitimu, kamu menulis dipasir. Dan sekarang kamu menulis diatas batu. Kenapa?”

Sahabatnya menjawab,”Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menulisnya dipasir yang mana akan disapu oleh angin maaf. Tetapi, ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik untuk kita, kita harus mengukirnya diatas batu, yang mana tidak akan pernah terhapus oleh angin.”

Belajarlah untuk menulis kekecewaanmu di pasir dan mengukir kebahagiaanmu diatas batu

[+/-] Selengkapnya...

Rumah Seribu Cermin

Dahulu kala, disebuah desa yang sangat jauh ada tempat terkenal yang bernama rumah seribu cermin. Seekor anjing kecil yang periang mempelajari tentang rumah itu dan memutuskan untuk mengunjunginya. Setibanya disana, dia menaiki tangga rumah tersebut dengan melompat riang menuju pintu rumah itu. Telinganya terangkat tinggi dan ekornya bergoyang sangat cepat.

Dia terkejut ketika memasuki rumah itu dan melihat seribu anjing kecil dan periang lainnya dan ekor yang bergoyang secepat ekornya. Dia pun tersenyum dan seketika dibalas juga dengan senyuman hangat dan bersahabat seribu ekor anjing lainnya dirumah itu. Ketika dia meninggalkan rumah itu, dia berkata pada dirinya, “sebuah tempat yang indah. Aku akan kembali lagi untuk berkunjung lebih sering.”
Ditempat yang sama, seekor anjing kecil yang terlihat tidak bahagia seperti anjing yang pertama memutuskan untuk mengunjungi rumah tersebut. Dengan perlahan dia menaiki tangga rumah tersebut dengan kepala menunduk. Ketika dia memasuki rumah tersebut, dia melihat seribu ekor anjing yang juga terlihat tidak bahagia memandanginya. Dia pun menggonggong dan seketika dibalas pula oleh gonggongan seribu ekor anjing dirumah itu. Ketika dia meninggalkan tempat tersebut, dia berkata pada dirinya, “ini tempat yang mengerikan dan aku tidak akan pernah kembali lagi kesini.”

Semua wajah di dunia ini adalah cermin. Seperti apakah bayangan wajah orang yang anda temui?

Tetaplah optimis dan positif dalam menjalani hidup!

[+/-] Selengkapnya...

15 Januari 2009

Kasih Seorang Ibu

Pada suatu malam seorang anak kecil menghampiri ibunya yang sedang berada di dapur membereskan sisa makan malam. Anak kecil itu menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya kepada ibunya. Setelah sang ibu mengelap kering tangannya lalu ia meraih kertas tersebut dan membacanya. Kertas tersebut berisi tulisan :

Mencuci piring : Rp. 5.000,-
Membersihkan dan merapikan halaman : Rp. 5.000,-
Membersihkan kamarku minggu ini : Rp. 10.000,-
Pergi ke toko : Rp. 5.000,-
Menjaga adik ketika ibu pergi berbelanja : Rp. 2.500,-
Membuang sampah : Rp. 1.500,-
Mendapat nilai bagus disekolah : Rp. 5.000,-

Total tagihan : Rp. 34.000,-

Lalu, sang ibu menatapnya dan sang anak melihat sang ibu memikirkan sesuatu. Sang ibu pun mengambil pulpen. Kertas itu dibaliknya lalu dia menulis:
Untuk Sembilan bulan aku mengandungmu : GRATIS
Untuk semua mainan, makanan, baju dan bahkan mengelap hidungmu : GRATIS
Untuk semua hal dan air mata yang keluar karenamu : GRATIS
Untuk semua malam dengan ketakutan dan kekhawatiran tentangmu : GRATIS
Nak, harga kasih sayangku padamu : GRATIS

Ketika sang anak selesai membaca tulisan sang ibu, ia spontan menangis dan menatap sang ibu sambil berkata, “Bu, Aku menyayangimu.” Lalu sang anak mengambil pulpen dan menulis “LUNAS” dengan huruf besar.

Hikmah :
Anda tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi orang tua sampai suatu saat anda menjadi Orang Tua
Jadilah pemberi dan buka peminta, khususnya kepada orang tua anda. banyak yang bisa anda berikan selain uang.

[+/-] Selengkapnya...

Jendela

Ada sepasang suami istri yang baru pindah rumah. Ketika mereka menyantap sarapan pagi pada keesokan harinya, sang istri melihat tetangganya yang menjemur pakaian diluar rumah.

“Cuciannya tidak begitu bersih,” ucap sang istri kepada suaminya. “Dia tidak tahu cara mencuci yang bersih, mungkin dia butuh sabun cuci yang lebih bagus”.

Suaminya pun ikut melihat tetapi tidak bersuara.

Setiap kali tetangganya menjemur pakaian, sang istri selalu mengatakan hal yang sama.

Sebulan kemudian, sang istri terkejut ketika melihat cucian yang bersih dijemuran tetangganya. Ia pun berkata pada suaminya, “Lihatlah! dia telah belajar cara mencuci yang benar. Siapa yang mengajarkan padanya ya?”.

Sang suami berkata,”Aku bangun awal pagi ini dan membersihkan jendela kita!”.

"Bukankah ide yang bagus untuk mengecek terlebih dahulu apakah jendela anda bersih? Apa yang kita lihat ketika melihat seseorang tergantung dari kebersihan jendela tempat kita melihat. Sebelum kita mengkritik sesuatu, ada baiknya kita mengecek dulu pikiran kita dan bertanya pada diri kita sendiri apakah kita bisa melihat sesuatu yang baik daripada mencari sesuatu yang salah dari orang-orang tersebut".

[+/-] Selengkapnya...

Belenggu kegagalan

Tidak sengaja, seorang petani menemukan seekor anak gajah didekat kebun rumahnya. Mungkin ini anak gajah tertinggal dari kumpulan mereka. Karena kasiahan, dirawatlah anak gajah itu. Karena takut gajah itu akan berkeliaran dan merusak tanaman, si petani mengikatnya dengan rantai dengan patok sepotong bambu.

Hari berlalu, dan anak gajah mulai bertumbuh. Sudah menjadi naluri binatang untuk bebas. Si anak gajah ini berusaha melepaskan diri dari rantai. Berulang kali mencoba, berulang kali juga gagal, bahkan pernah sampai kakinya terluka. Lama kelamaan, niat dari sianak gajah untuk bebas hilang karena kegagalan yang terjadi.

Bahkan, saat ia menjadi gajah dewasa dengan gadingnya yang gagah. Dia tetap tidak melarikan diri. Padahal, sangat mudah bagi dia untuk menghentak rantai kecil dan patok bambu itu.

Kawan, apakah kegagalan-kegagalan kecil juga akan mengikat kita? Hingga saat ada satu kesempatan besar, kita hanya berdiam diri saja?

[+/-] Selengkapnya...

14 Januari 2009

Apa adanya

sebuah cerita tentang seorang tentara yang akhirnya kembali ke kotanya setelah berperang di Vietnam. Tentara tersebut menelpon orang tuanya dari San Fransisco.

“Ibu dan Ayah, aku pulang, tapi ada yang ingin kutanyakan. Aku punya seorang teman yang ingin kuajak untuk tinggal bersama kita.”

“Tentu saja,” sahut orang tua tentara itu, “kami ingin sekali bertemu dengannya.”

“Ada satu hal yang harus kalian tahu,” lanjut tentara itu, “Temanku terluka sangat parah sewaktu perang. Dia menginjak ranjau dan akhirnya kehilangan satu kaki dan satu tangan. Dia tidak punya tujuan lagi sekarang, dan aku ingin dia tinggal bersama kita.”

“Kami turut bersedih atas hal itu, nak. Mungkin kita bisa membantunya untuk mencari tempat tinggal.”

“Tidak, aku ingin dia tinggal bersama kita.”

“Nak,” ayahnya berucap, “kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Seseorang yang cacat akan menjadi beban bagi kita. Kita punya tempat sendiri untuk kita tinggal dan kita tidak bisa membiarkan sesuatu mengganggunya. Aku pikir kamu pulang saja dan lupakan temanmu itu. Dia akan menemukan jalan untuk hidup dengan caranya sendiri.”

Seketika saat itu juga sang anak menutup teleponnya. Orang tuanya pun tidak pernah lagi mendengar kabar anaknya itu. Beberapa hari kemudian, sang orang tua mendapat telepon dari kepolisian San Fransisco. Anak mereka ditemukan tewas setelah terjatuh dari sebuah gedung, kata polisi itu. Polisi yakin bahwa itu adalah bunuh diri. Sesegera mungkin sang orang tua pergi ke San Fransisco untuk mengidentifikasi jasad anak mereka. Mereka mengenalinya tapi mereka terkejut karena menemukan sesuatu yang mereka tidak tahu, anak mereka hanya mempunyai satu tangan dan satu kaki.

Orang tua di cerita ini seperti kebanyakan dari kita. Kita begitu mudahnya menyukai orang yang berpenampilan menarik atau enak untuk dilihat, tapi kita tidak menyukai orang yang membuat kita tidak nyaman. Kita biasanya menjauhi orang yang tidak sesehat, secantik/setampan dan secerdas kita. Syukurlah, ada orang-orang yang tidak akan memperlakukan kita seperti itu. Seseorang yang mencintai kita dengan apa adanya serta menerima kita menjadi bagian keluarga.

[+/-] Selengkapnya...

Sayembara 2 juta dollar

Pada pesta pernikahan selebritis hollywood dirumahnya yang super mewah, diadakah suatu sayembara. Sayembara menyebrangi kolam yang ada dirumahnya. Kelihatannya gampang, ternyata kolam berisi ratusan ikan piranha.

Hadiah dari sayembara pun menggiurkan, 2 juta dollar. Wah.. sama dengan nilai pesta pernikahan yang diadakan.

Si pembawa acara menantang para hadirin. Sementara para hadirin masih simpang siur berbicara mengenai sayembara tersebut. Terdengar, cemplung! Setelah itu terdengar kecipak kecipuk riak air. Ternyata seseorang telah masuk dan sedang berusaha menyebrangi kolam. Semua hadirin bersorak menyemangati sipemuda. Akhirnya si pemuda berhasil menyebrangi kolam.

Dengah masih terengah-engah, si pembawa acara menyalami sipemuda itu. Nampak bahwa pemuda itu buka tipe pemuda kekurangan uang yang mau mengorbankan nyawa untuk 2 juta dollar. Ketika diwawancarai, si pemuda itu berbicara dengan nada marah dan bergetar, "Saya cuma mau tahu, siapa yang mendorong saya?"

Nah, kawan, sering dalam kehidupan ini, kita perlu "didorong" agar berhasil dalam mencapai tujuan, memperoleh kemenangan.

[+/-] Selengkapnya...

09 Januari 2009

Jual Keledai

Karena paceklik dan kesulitan ekonomi, seorang ayah menjual keledai satu-satunya ke pasar. Jarak dari pasar ke rumah cukup jauh. Ditemani anaknya mereka berangkat menjual keledai.

Ayah dikiri dan si anak disebelah kanan. Pada saat dipertengahan jalan mereka berpapasan dengan penduduk desa pertama. kata orang itu, "Kalian ini bodoh, koq ada keledai gak ditunggangi." Mendengar komentar warga, ia menuruti, maka si anak disuruh menunggang keledai.

Pada saat melewati desa kedua, kembali mereka berpapasan dengan warga. Komentar warga itu, "Wah, anak durhaka, masak orang tua disuruh jalan kaki, sementara ia enak ongkang-ongkang kaki diatas keledai." Mendengar omongan warga, akhirnya si ayah bertukar posisi dengan si anak.

Saat melewati desa ketiga, kembali warga setempat memberi komentar. "Wah, kan keledainya cukup besar, kenapa tidak ditunggangi berdua saja." Nah, si ayah pikir benar juga, maka si ayah dan anak menunggangi keledai tersebut. Nampak keledai itu terseok-seok berjalan menuju desa berikutnya.

Di desa berikutnya, kembali warga setempat berkomentar, "Wah, kalian ini kejam, binatang kurus begitu masih ditumpangi berdua, kan kasihan". Nah ayah dan anak menjadi bingung, setiap orang mempunyai pendapat, dan membuat mereka bingung.

Akhirnya si ayah dan anak menggendong keledai tersebut sampai ke pasar.

Sobat, kalau kita tidak punyai pendirian, tidak memakai nalar, hidup kita akan diombang ambingkan oleh pendapat orang. Hingga akhirnya menjadi semakin konyol seperti cerita diatas.

[+/-] Selengkapnya...

Gak Tahu atau Gak Mau Tahu

Seekor lalat bersama keluarganya akan pindah ke telinga gajah. Sebelum pindah, si ayah lalat meminta ijin pada si gajah, katanya, "Tuan gajah, minggu depan kami sekeluarga akan pindah ke telinga Anda, tolong dipertimbangkan, kami tunggu kabar baiknya."

Gajah yang bahkan tidak sadar akan kehadiran si lalat tenang-tenang saja. Melihat si gajah tenang-tenang saja, lalat beranggapan sang gajah tidak keberatan. Maka pindahlah mereka sekeluarga.

Setelah seminggu, ibu lalat merasa telinga gajah bukan tempat yang sehat untuk tinggal, dan mendesak suaminya untuk pindah. Karena takut akan menyinggung perasaan gajah, si ayah meminta untuk tinggal barang sebulan. Akan tetapi, si istri terus mendesak. Agar tidak menyinggung perasaan gajah, si ayah berkata dengan hati, "Tuan gajah, kami bermaksud pindah. Ini bukan karena telinga anda kurang baik dengan kami. Akan tetapi istri saya ingin tinggal di kaki kambing, dimana kami bisa bersosialisasi dengan adik ipar kami. Kalau anda keberatan kami pergi, beritahulah kami, kami tunggu 1 minggu."

Kembali si gajah tidak berkata apa-apa, maka pindahlah keluarga lalat itu.

Pembaca, apakah hidup kita akan terus berlalu begitu saja seperti sang gajah? Hari berlalu hari, minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun, dan tidak ada satu pun perubahan positif dalam kehidupan kita? Apakah kita akan seperti gajah, tidak tahu atau bahkan tidak mau tahu, sehingga kita tidak berkembang menjadi lebih baik dan berkembang ke arah positif dan menjadi sukses dalam setiap aspek kehidupan kita.

[+/-] Selengkapnya...